TTS Islami Free No: 28. 50 Soal. 21 Agustus 2008. Spesial Bahasa Arab

Across
1. Aklun
5. Qolamun
7. ‘Ainun
8. Tuffah
12. Naarun
13. Ummuka
14. Kibritun
15. Kalbun
17. Dawa‘un
19. Tsaubun
21. Damun
23. Maktab
29. Li madza
30. Anta
31. Aqlun
34. Jawwafatun
35. Rijlun
38. Aby
40. Yadun
44. Ro‘is
45. Ightisalun
47. Wahidun
48. Dukhonun
49. Syajarotun
50. Saqotun

Down
1. Sayyarotun
2. Thobbaakh
3. Thobasir
4. Wisadatun
5. Tholib
6. Darrojatun
9. Masjidun
10. ‘Imamatun
11. Mar’atun
16. Sittatun
18. Tafakkur
20. Hawa‘un
22. Saqfun
24. Ismun
25. Shiyam
26. Famun
27. Burtuqolun
28. Antum
32. Sama‘un
33. Kitabun
36. Qomusun
37. Ghurfatun
39. Thobibun
41. Tho‘irun
42. Marodhun
43. Tsimarun
46. Sukutun

Download 79.00 kb

TTS Islami Free No: 27. 50 Soal. 21 Agustus 2008

Across
3. Tempat kelahiran Nabi Muhammad saw
5. Salah satu Imam Madzab fiqih (…bin Ali Zainal
Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Tholib)
7. Syirik kecil
8. Khiyar dalam jual beli karena adanya sebuah
cacat pada barang yang dijual
10. Makhluq bermata satu yang muncul menjelang
kiamat
12. Nama lain dari Nabi Muhammad saw
13. Orang ketiga tunggal lk (arab)
15. Raja lalim pada zaman Nabi Ibrahim
17. Baju panjang tanpa kerah yang biasa dipakai
mayoritas orang Arab
20. Komputer: Salah satu format gambar
21. Electronic Mail
24. Perang dalam sejarah Islam yang mana
Sayyidah Aisyah ikut serta di dalamnya
27. Hal dalam hati kita yang perlu kita atur sebelum
kita melakukan sesuatu
28. Nama Nabi: Orang yang petama kali membuat
kapal laut
29. Surat dalam Al-Quran yang mengisahkan
penyerbuan tentara gajah ke Baitullah (tanpa al)
30. Bab pertama yang dibahas dalam Ilmu Nahwu
31. Kholifah Rosulullah saw selepas kekholifahan
Abu Bakar Asshidiq
33. Nahwu: Salah satu huruf Athof
34. Thowaf yang termasuk rukun haji
35. Nabi yang hidup satu masa dengan Nabi Musaas
37. Sittatun
38. Sebutan Pulau Kalimantan
42. Teka-Teki Silang
44. Salah satu wilayah yang dikirimi Mushaf induk
oleh Utsman bin Affan ra.
45. Tahta
47. Rukun Iman
48. Darinya malaikat dicipta
49. Hadis yang berupa perkataan
50. ‘Ainun

Down
1. Salah satu istri Nabi Ibrahim as
2. Hubungan lawan jenis yang diharamkan
3. Tajwid: Memanjangkan harokat melebihi satu
harokat
4. Putra Imam Ali ra
6. Saqfun
9. Salah satu huruf ziyadah dalam ilmu shorof
11. Jari yang biasa kita pakai untuk menulis sms
13. Orang ketiga tunggal pr (arab)
14. Nama Nabi
16. Nahwu: Salah satu huruf Jar
18. Negara super power teroris sejati
19. Bilangan yang mempunyai nol tiga
22. Suatu sistem komputer yang menghubungkan
komputer satu dengan yang lainnya
23. Yang kita lakukan 5 kali dalam sehari semalam
24. Melempar kerikil saat haji
25. Manusia pertama yang hidup di bumi
26. Hewan yang wajib dizakati jika telah mencapai
satu nisob
32. Hidung ( Arab )
33. Mar’atun
36. Suara yang didengar Neil Amstrong saat di
bulan
39. Binatang padang pasir
40. Jenis air yang bisa gunakan untuk
bersuci/thoharoh
41. Pesan seseorang yang hampir meninggal agar
seseorang melakukan sesuatu untuknya
43. Salah satu alat transportasi darat
46. Goa yang dimana Baginda Rosul saw
menerima wahyu pertama

Download 79.9 kb

Kertas-kertas yang terserak

Banyak sekali kita menulis dalam sebuah buku, atau cuma selembar kertas dengan tulisan-tulisan Arab, apalagi yang sedang mempelajari ilmu syariat. Kadang kala, di sela-sela tulisan tersebut kita menulis asma Allah, nama nabi dan nama-nama suci lainnya. Kadang kala juga, tanpa sengaja kertas yang ada tulisan asma Allah tersebut tersobek lalu kita buang begitu saja; yang akibatnya akan terinjak oleh orang yang melangkah, atau akan bercampur dengan barang kotor di tong sampah.

Keadaan seperti ini juga terjadi pada koran atau majalah dari Arab yang kadang-kadang terdapat asma Allah di sana. Bagaimana seharusnya bertindak?

Tidak seharusnya nama-nama mulia dari Allah swt sampai disia-siakan seperti itu. Hal seperti ini malah seringkali terjadi di daerah Arab atau pesantren-pesantren yang kurang jeli dan teliti atas apa yang terjadi di lingkungan mereka. Yang mereka lakukan bukan karena mereka INGIN menghina nama Allah, tetapi karena mereka kurang sadar bahwa nama Allah ada dalam kertas yang terbuang tersebut; atau mereka sudah tahu ada kemungkinan nama Allah dalam kertas tersebut, tetapi mereka menganggapnya biasa saja karena kurang adanya ta’zhim kepada nama Allah swt.

Inilah yang seharusnya tidak boleh terjadi.

Apapun yang menyangkut nama Allah, atau nama nabi kita sia-siakan begitu saja, walaupun cuma sekedar sobekan kertas. Tapi mari kita ingat bahwa di sobekan kertas yang tidak berharga tersebut terdapat sesuatu yang amat berharga dan mulia yang berupa nama Allah swt. Tidak selayaknya jika kita menyia-nyiakan kertas terserak tersebut.

Ada sebuah solusi dalam menangani hal semacam ini, yaitu:

– Kita sediakan kotak-kotak khusus di tempat yang sering dibuat tempat pembuangan kertas, kotak tersebut berfungsi untuk menyimpan kertas yang di dalamnya ada asma Allah atau nama mulia lainnya agar tidak diinjak oleh siapapun.
– Setiap orang wajib dianjurkan (baca: wajib) memperhatikan dalam kertas tersebut kalau-kalau ada asma Allah termaktub di sana. Dan hendaknya setiap individu juga sadar bahwa mereka mempunyai kewajiban mengurusi serta ta’zhim asma Allah swt.
– Untuk menertibkan hal ini, sebaiknya ada petugas khusus yang memperhatikan serta mengurusi kertas-kertas yang dimasukkan ke dalam kotak; yang untuk selanjutnya membakar kertas-kertas tersebut agar tidak tersia-sia.

Dalam hal pembakaran ini, kita mencontoh apa yang dilakukan oleh Amirul Mu’minin Utsman bin Affan saat membakar Al-Quran setelah diseragamkan penulisannya.

Semoga setiap orang muslim memperhatikan hal yang kelihatannya remeh ini. Dan jazakumullah khoiron.

Dilema dalam sebuah sunah

Dalam setiap tindakan -dalam Islam- selalu ada panduan serta ajaran bagaimana kita melakukan tindakan tersebut dengan syar’i.

Rosulullah saw mengajarkan kepada kita semua jika memakai pakaian, sandal, sepatu, masuk masuk masjid diawali dengan tangan/kaki kanan. Saat masuk WC dianjurkan melangkahkan kaki kiri. Begitu juga saat melepas sepatu, atau keluar dari masjid dianjurkan dengan kaki kiri.

Tapi kadang-kadang kita mengalami dilema ketika kita keluar dari masjid. Begini, ketika kita keluar dari masjid, kita dianjurkan melangkahkan kaki kiri duluan; tetapi di segi lainnya kita dianjurkan memakai sandal dengan kaki kanan dulu, lahh! Mau tidak mau tabrakan keinginan kan?! Satu sisi kita ingin mengambil ke-sunah-an dengan melangkahkan kaki kiri saat keluar masjid, di sisin lain juga ingin sunah memakai sandal dengan kaki kanan.

Ini ada tips, semoga bisa bermanfaat dan kedua sunnah tetap bisa kita lakukan sehingga pahala untuk kedua-duanya bisa kita dapatkan.

Begini tipsnya:
Saat anda melangkahkan kaki untuk keluar masjid, tetap langkahkan kaki kanan anda, jangan langsung dimasukkan dalam sandal, tetapi injakkan kaki kita di atas sandal tersebut (tanpa memasukkannya, loh). Setelah kedua kaki sudah keluar masjid, baru kita memasukkan kaki kanan kita ke sandal yang kita injak tadi untuk mendapatkan sunnah memakai sandal dengan kaki kanan.

Dengan begitu, sunah keluar masjid dengan kaki kiri bisa kita lakukan; dan sunah memakai sandal dengan kaki kanan juga bisa terlaksana. Sekian…! Fastabiqul khoirot.

TTS Islami no: 26. 18 Sya’ban 1429. 56 Soal

Across
1. Electronic Mail
8. Yang ikut serta dalam perang teluk sekitar tahun
90-an
10. Salah satu Imam Madzab fiqih (…bin Ali Zainal
Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Tholib)
11. Bilangan yang mempunyai nol tiga
12. Bangsa penjajah Palestina
14. Hal yang dilakukan sebelum sholat, atau
menyentuh dan membaca Al-Quran, Thowaf,
wuquf di Arofah.
15. Komputer: Salah satu format gambar
20. Hubungan lawan jenis yang diharamkan
22. Suatu kumpulan pertanyaan beserta
jawabannya yang sering diajukan (singkatan
Inggris)
23. Group Nasyid terkenal dari Malaysia
24. Salah satu rukun Islam
26. …Lebih kejam dari pada pembunuhan
27. Nahwu: Salah satu huruf Jar

29. Imam yang muncul akhir zaman
32. Suatu sistem komputer yang menghubungkan
komputer satu dengan yang lainnya
35. Orang ketiga tunggal pr (arab)
36. Penyedia layanan email gratis berbahasa Arab
39. Allah mengangkat derajat orang-orang beriman
dan yang ahli … (Surat Al-Mujadilah)
40. Bulan ke tujuh tahun hijriah
43. Kantor berita Indonesia
48. Orang pertama tunggal (arab)
49. Tajwid: Memanjangkan harokat melebihi satu
harokat
51. …bin Abu Jahal, salah satu sahabat Nabi
Muhammad saw
52. Tajwid: Bacaan tanwin bertemu Sin
53. Nama Nabi
54. Nama bukit (jabal) yang mana Goa Hiro’ ada di
situ
55. Tajwid: Bacaan Nun sukun bertemu Ba’
56. Tempo 8 tahun

Down
2. Sang Kholiq
3. Jenis hadits yang datangnya dari Allah, tetapi
redaksionalnya dari Nabi Muhammad saw
4. Komputer: Singkatan dari Binary Digit
merupakan satuan terkecil untuk muatan
data/informasi
5. Daerah terjadinya perang antara kaum muslimin
dan tentara Romawi
6. Goa yang dimana Baginda Rosul saw menerima
wahyu pertama
7. Syirik kecil
9. Hadis yang berupa perkataan
13. Putra Rosulullah saw yang meninggal saat
masih kecil
16. Tempat kelahiran Nabi Muhammad saw
17. Pena (arab)
18. Kain pembungkus mayit
19. Hal dalam hati kita yang perlu kita atur sebelum
kita melakukan sesuatu
21. Huruf Hijaiyah
25. Salah satu golongan yang berhak menerima
zakat
28. Negara pusat Syi’ah Imamiyah
30. Khiyar dalam jual beli karena adanya sebuah
cacat pada barang yang dijual
31. Save Our Souls
33. Darinya malaikat dicipta
34. Khomsah (indonesia)
35. Orang ketiga tunggal lk (arab)
37. Kepala surat
38. Pena (Arab)
41. Orang kedua tunggal pr (arab)
42. Darinya Malaikat dicipta oleh Allah
44. Raja lalim pada zaman Nabi Ibrahim
45. Arti kata sholat yang datangnya dari malaikat
adalah memintakan…
46. Julukan yang disandang Nabi Muhammad saw
sebagi ‘Orang yang dapat dipercaya’ (tanpa al)
47. Nama Nabi: Orang yang petama kali membuat
kapal laut
50. Salah satu polusi

Download 81.36 kb

PENYAKIT ‘SOK TAHU’

Jarak yang ditempuh umat zaman sekarang makin membentang jauh untuk mengejar ketertinggalan dari umat zaman dulu. Keterpautan kapasitas dalam ‘isi’ juga semakin banyak; kwalitasnya umat zaman sekarang dan masa-masa yang akan datang juga kian lama kian terpuruk. Sungguh benar apa yang disabdakan oleh Nabi Muhammad saw:”Khoirul qorni, qorny, tsummalladzina yalunahum, tsummalladzina yalunahum”, sebaik-baik kurun adalah kurunku, lalu orang-orang setelahnya, lalu orang-orang setelahnya.

Kalau dilihat redaksional hadis tersebut, dengan memakai shighot aam (bentuk umum) yang mencakup umat zaman sekarang secara menyeluruh, baik ulama ataupun orang awamnya; baik ulama maupun juhala-nya. Dalam segala hal, masa-masa pertama Islam lebih unggul dari kita zaman sekarang.

Saat ini sangat sulit menjumpai orang (ulama/awamnya) yang benar-benar berkapasitas keilmuan yang menonjol, kebanyakan sama rata. Ana kira tidak perlu panjang lebar memberi pendahuluan dari tulisan ana kali ini biar pembaca tidak jadi bosan :-). Kita langsung saja bicara soal objek kita kali ini.

WABAH ‘SOK TAHU’

Kendati kapasitas ilmu makin menurun, tetapi ada satu hal yang sangat menonjol; yaitu penyakit ‘sok tahu’ di kalangan umat. Banyak orang memberi ‘fatwa’ atau menjawab persoalan dengan cara asal-asalan, tidak bersumber hukum kuat. Hal inilah yang meningkat di kalangan umat.

Dalam hal ‘fatwa’ atau menjawab suatu persoalan ini, kalangan salafussholih jika diberi sebuah pertanyaan malah berusaha menghindarkan diri lalu melempar pertanyaannya kepada ulama lain, hal tersebut bisa dimengerti karena mereka sangat takut memberi sebuah jawaban yang salah sehingga bisa menyesatkan umat da sungguh berat pertanggungjawabannya nanti di akhirat. Dan hal tersebut menandakan bahwa sifat waro’ serta tawadhu’ selalu mereka kedepankan. Mereka menganggap bahwa ulama lain yang lebih jozz dari dirinya.

Beda dengan umat zaman sekarang, wabah ‘sok tahu’ sudah kian merebak kemana-mana. Kiai, ustadz, atau yang lain jika ditanya suatu hukum atau suatu persoalan pasti langsung dijawab, dan yakin kalau jawaban yang mereka katakan itu sudah benar-benar benar :). Lebih ironis lagi, orang yang tidak tahu-menahu tentang jawaban pada sok tahu dan ikut-ikutan menjawab. WAllahu a’lam.

JANGAN MALU BILANG ‘BELUM TAHU’

Banyak orang pada dasarnya belum tahu akan sebuah permasalahan, tetapi saat dia ditanya oleh orang lain agar dia menceritakan atau menjawab permasalahan tersebut; dia langsung menjawabnya. Padahal jelas sekali kalau dia tidak tahu-menahu, inilah penyakit ‘sok tahu’ tadi.

Ulama kita, ulama salaf tidak seperti itu, jika mereka tidak mengetahui suatu permasalahan, mereka tidak akan malu untuk bilang bahwa mereka tidak tahu. Mereka juga tidak akan gengsi untuk bilang :”la adri”(saya belum tahu). Kenapa mereka menjawab demikian? Karena mereka tidak ingin memberi jawaban yang sebenarnya mereka kurang tahu permasalahan tersebut, atau mereka tahu jawabannya tetapi mereka kurang berkenan menjawab sendiri karena mereka merasa ada orang yang lebih alim dan lebih berhak untuk ditanyai. Banyak sekali kejadian seperti ini pada zaman permulaan Islam, lalu zaman tabiin.

Penyakit ‘sok tahu’ inilah yang sekarang mewabah seperti hama wereng di sawah para petani. Penyakit ‘malu bilang belum tahu’ inilah yang saat ini merajalela dimana-mana. Orang yang terkena ‘hama’ ini tidak merasa bahwa mereka bukanlah Tuhan yang Maha Tahu, mereka tidak tahu bahwa mereka adalah manusia lemah yang tidak akan tahu-menahu akan suatu hal kecuali apa yang diajarkan oleh Allah swt ‘La ilma lana ma allamtana’ (QS: Albaqoroh), (Qs: Almaidah 109). Jadi, sesuatu yang kita ketahui, ilmu yang kita kuasai itu semua adalah dari Allah swt; tanpa izin dan pengajaran Allah maka jangan harap kita mengetahui sesuatu.

Malaikat, tentunya kita mengenal nama malaikat. Walaupun kita tidak pernah atau belum pernah melihat wujudnya, tetapi setidaknya kita seringkali mendengar sebutan itu. Dalam masalah ghaib dia lebih banyak tahu dari manusia. Bahkan jika ada orang yang tahu sedikit saja tentang barang ghaib dia memakai gelar ‘si mata malaikat’. Kenapa bisa demikian? Karena semua orang merasa bahwa kekuatan malaikat diatas kekuatan manusia.

Kendati demikian, power malaikat diatas kemampuan manusia tetapi malaikat jika tidak tahu suatu hal mereka tidak malu mengakui bahwa dia tidak/belum tahu. Karena dia sadar bahwa dia bukanlah Allah swt. Jika dia bukan Tuhan, logikanya, sudah wajar jika dia tidak mengetahui segala hal seperti Allah Al-‘Alim (yang Maha Tahu).

Tentunya kita ingat ayat Al-Quran yang mengisahkan kejadian malaikat disuruh sujud kepada Nabi Adam as. Saat malaikat diminta oleh Allah swt untuk menceritakan nama-nama, mereka bilang :”Subhanaka la ilma lana, illa maa allamtana, innaka antal alimul hakiim’ (Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang ketahui selain dari apa yang telah Enkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

Imam Assya’bi pernah ditanya suatu masalah, beliau berkata:”La adri (saya tidak/belum tahu)”. Lalu ada orang yang nyeletuk:”Tidakkah engkau malu (bilang belum tahu), padahal engkau adalah Faqih (ahli fikih) dua Iraq (Bashroh dan Kufah). Beliau menjawab:”Saya tidak akan malu dari suatu hal yang tidak dimalui oleh para malaikat ketika mereka berkata: La ilma lana illa ma allamtana”.



Jadi ingatlah ikhwani fillah, kita bukan Allah swt, jadi tidak usah malu bilang bahwa kita belum tahu. Tidak usah gengsi jika seorang ustadz, kiai, syaikh belum tahu sebuah jawaban suatu persoalan; karena dia bukanlah Allah swt.



NISFUL ILMU ‘LA ADRI’

Sebagian dari ilmu, adalah ‘saya belum tahu’. Begitulah kira-kira arti dari ungkapan di atas.

Jika seseorang berani bilang ‘saya belum tahu’, maka secara otomatis dia mengakui bahwa dia manusia yang pengetahuannya terbatas. Jika dia merasa Maha Tahu (naudzubillah), maka secara tidak langsung dia mengakui bahwa dia adalah Tuhan (naudzubillah). Yakinlah bahwa dengan jawaban ‘la adri’ saya belum tahu tidak akan menurunkan pamor anda sebagai seorang da’i, kiai, ustadz, syaikh. Mari kita contoh para salafussaholih dalam menghadapi suatu persoalan yang dia tidak mengetahui jawabannya dia akan bilang ‘la adri'(saya belum tahu).

Siapakah yang tidak mengetahui salah satu Imam Suni yang bernama Imam Malik ra, beliaulah salah satu Imam Madzab Empat; Imam Malik bin Anas ra itulah nama lengkapnya. Suatu saat beliau di tanya 48 masalah, tetapi beliau cuma bisa menjawab beberapa soal saja, sedangkan sekitar 32 masalah beliau menjawabnya ‘la adri’ (saya belum tahu). Marilah kita renungkan, salah satu Imam Madzab Empat yang kapasitas ilmunya sudah terakui masih bilang ‘saya tidak/belum tahu’, apalah kita dibanding beliau?! Sama sekali tidak bisa dibuat perbandingan. Karena di samping itu, ulama kurun waktu zaman dahulu itu lebih hebat dari ulama kurun waktu zaman sekarang (khirul qorni qorny, tsummalladzina yalunahum, tsummalladzina yalunahum) sebaik-baik kurun adalah kurunku, lalu orang-orang setelahnya, lalu orang-orang setelahnya.

Sufyan bin Uyainah berkata:”Saya pernah hadir salam suatu pengajian salah satu anak Abdullah bin Umar ra, dia ditanya tentang sesuatu. Lalu dia bilang:”La adri(saya belum/tidak tahu). Yahya bin Saiid berkata:”Heran, sungguh heran sekali, engkau bilang tidak tahu padahal engkau adalah anak Imamul Huda (imam pembawa petunjuk)”. Beliau berkata:”Orang yang bicara tanpa ilmu, berkata tanpa dapat dipercaya’ lebih mengherankan menurut Allah swt dari pada aku”.

Imam Ali ra saat berdiri di mimbar pernah ditanya, beliau menjawab:”La adri (saya belum/tidak tahu). Ada jammaah yang bilang:”Tempat ini bukan untuk orang-orang bodoh”. Beliau menjawab:”Ini tempat orang yang mengetahui sesuatu, dan juga belum mengetahui sesuatu yang lain, sedangkan bagi orang yang selalu tahu, dan tidak ada hal yang tidak diketahui olehnya maka tidak ada tempat baginya”.

Imam Abu Yusuf ditanya suatu permasalahan, beliau menjawab:”La adri (saya tidak tahu)”. Ada orang yang berkata:”Engkau makan dari baitul maal setiap hari, malah bilang engkau tidak tahu)”. Lalu beliau menjawab:”Saya makan dari baitul maal seukuran ilmuku, jikalau saya makan seukuran kebodohanku, niscaya seisi dunia semuanya ini tidak akan mencukupiku.”

Seorang laki-laki bertanya kepada Ibnu Umar ra tentang sesuatu, beliau menjawab:”La a’lam(saya tidak tahu)”. Setelah beliau pergi, ada seseorang yang berkata:”Sebaik-baiknya hal adalah apa yang dikatakan Ibnu Umar ketika dia tidak tahu dia bilang: saya tidak tahu”. (Ghoroibul akhbar 122)

Wallahu a’lam bisshowab

Ana tulis saat mencuci baju, 10.13 am. 16 Agustus 2008. 14 Sya’ban 1429 H.

PENYAKIT ‘SOK TAHU’

Jarak yang ditempuh umat zaman sekarang makin membentang jauh untuk mengejar ketertinggalan dari umat zaman dulu. Keterpautan kapasitas dalam ‘isi’ juga semakin banyak; kwalitasnya umat zaman sekarang dan masa-masa yang akan datang juga kian lama kian terpuruk. Sungguh benar apa yang disabdakan oleh Nabi Muhammad saw:”Khoirul qorni, qorny, tsummalladzina yalunahum, tsummalladzina yalunahum”, sebaik-baik kurun adalah kurunku, lalu orang-orang setelahnya, lalu orang-orang setelahnya.

Kalau dilihat redaksional hadis tersebut, dengan memakai shighot aam (bentuk umum) yang mencakup umat zaman sekarang secara menyeluruh, baik ulama ataupun orang awamnya; baik ulama maupun juhala-nya. Dalam segala hal, masa-masa pertama Islam lebih unggul dari kita zaman sekarang.

Saat ini sangat sulit menjumpai orang (ulama/awamnya) yang benar-benar berkapasitas keilmuan yang menonjol, kebanyakan sama rata. Ana kira tidak perlu panjang lebar memberi pendahuluan dari tulisan ana kali ini biar pembaca tidak jadi bosan :-). Kita langsung saja bicara soal objek kita kali ini.

WABAH ‘SOK TAHU’

Kendati kapasitas ilmu makin menurun, tetapi ada satu hal yang sangat menonjol; yaitu penyakit ‘sok tahu’ di kalangan umat. Banyak orang memberi ‘fatwa’ atau menjawab persoalan dengan cara asal-asalan, tidak bersumber hukum kuat. Hal inilah yang meningkat di kalangan umat.

Dalam hal ‘fatwa’ atau menjawab suatu persoalan ini, kalangan salafussholih jika diberi sebuah pertanyaan malah berusaha menghindarkan diri lalu melempar pertanyaannya kepada ulama lain, hal tersebut bisa dimengerti karena mereka sangat takut memberi sebuah jawaban yang salah sehingga bisa menyesatkan umat da sungguh berat pertanggungjawabannya nanti di akhirat. Dan hal tersebut menandakan bahwa sifat waro’ serta tawadhu’ selalu mereka kedepankan. Mereka menganggap bahwa ulama lain yang lebih jozz dari dirinya.

Beda dengan umat zaman sekarang, wabah ‘sok tahu’ sudah kian merebak kemana-mana. Kiai, ustadz, atau yang lain jika ditanya suatu hukum atau suatu persoalan pasti langsung dijawab, dan yakin kalau jawaban yang mereka katakan itu sudah benar-benar benar :). Lebih ironis lagi, orang yang tidak tahu-menahu tentang jawaban pada sok tahu dan ikut-ikutan menjawab. WAllahu a’lam.

JANGAN MALU BILANG ‘BELUM TAHU’

Banyak orang pada dasarnya belum tahu akan sebuah permasalahan, tetapi saat dia ditanya oleh orang lain agar dia menceritakan atau menjawab permasalahan tersebut; dia langsung menjawabnya. Padahal jelas sekali kalau dia tidak tahu-menahu, inilah penyakit ‘sok tahu’ tadi.

Ulama kita, ulama salaf tidak seperti itu, jika mereka tidak mengetahui suatu permasalahan, mereka tidak akan malu untuk bilang bahwa mereka tidak tahu. Mereka juga tidak akan gengsi untuk bilang :”la adri”(saya belum tahu). Kenapa mereka menjawab demikian? Karena mereka tidak ingin memberi jawaban yang sebenarnya mereka kurang tahu permasalahan tersebut, atau mereka tahu jawabannya tetapi mereka kurang berkenan menjawab sendiri karena mereka merasa ada orang yang lebih alim dan lebih berhak untuk ditanyai. Banyak sekali kejadian seperti ini pada zaman permulaan Islam, lalu zaman tabiin.

Penyakit ‘sok tahu’ inilah yang sekarang mewabah seperti hama wereng di sawah para petani. Penyakit ‘malu bilang belum tahu’ inilah yang saat ini merajalela dimana-mana. Orang yang terkena ‘hama’ ini tidak merasa bahwa mereka bukanlah Tuhan yang Maha Tahu, mereka tidak tahu bahwa mereka adalah manusia lemah yang tidak akan tahu-menahu akan suatu hal kecuali apa yang diajarkan oleh Allah swt ‘La ilma lana ma allamtana’ (QS: Albaqoroh), (Qs: Almaidah 109). Jadi, sesuatu yang kita ketahui, ilmu yang kita kuasai itu semua adalah dari Allah swt; tanpa izin dan pengajaran Allah maka jangan harap kita mengetahui sesuatu.

Malaikat, tentunya kita mengenal nama malaikat. Walaupun kita tidak pernah atau belum pernah melihat wujudnya, tetapi setidaknya kita seringkali mendengar sebutan itu. Dalam masalah ghaib dia lebih banyak tahu dari manusia. Bahkan jika ada orang yang tahu sedikit saja tentang barang ghaib dia memakai gelar ‘si mata malaikat’. Kenapa bisa demikian? Karena semua orang merasa bahwa kekuatan malaikat diatas kekuatan manusia.

Kendati demikian, power malaikat diatas kemampuan manusia tetapi malaikat jika tidak tahu suatu hal mereka tidak malu mengakui bahwa dia tidak/belum tahu. Karena dia sadar bahwa dia bukanlah Allah swt. Jika dia bukan Tuhan, logikanya, sudah wajar jika dia tidak mengetahui segala hal seperti Allah Al-‘Alim (yang Maha Tahu).

Tentunya kita ingat ayat Al-Quran yang mengisahkan kejadian malaikat disuruh sujud kepada Nabi Adam as. Saat malaikat diminta oleh Allah swt untuk menceritakan nama-nama, mereka bilang :”Subhanaka la ilma lana, illa maa allamtana, innaka antal alimul hakiim’ (Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang ketahui selain dari apa yang telah Enkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

Imam Assya’bi pernah ditanya suatu masalah, beliau berkata:”La adri (saya tidak/belum tahu)”. Lalu ada orang yang nyeletuk:”Tidakkah engkau malu (bilang belum tahu), padahal engkau adalah Faqih (ahli fikih) dua Iraq (Bashroh dan Kufah). Beliau menjawab:”Saya tidak akan malu dari suatu hal yang tidak dimalui oleh para malaikat ketika mereka berkata: La ilma lana illa ma allamtana”.



Jadi ingatlah ikhwani fillah, kita bukan Allah swt, jadi tidak usah malu bilang bahwa kita belum tahu. Tidak usah gengsi jika seorang ustadz, kiai, syaikh belum tahu sebuah jawaban suatu persoalan; karena dia bukanlah Allah swt.



NISFUL ILMU ‘LA ADRI’

Sebagian dari ilmu, adalah ‘saya belum tahu’. Begitulah kira-kira arti dari ungkapan di atas.

Jika seseorang berani bilang ‘saya belum tahu’, maka secara otomatis dia mengakui bahwa dia manusia yang pengetahuannya terbatas. Jika dia merasa Maha Tahu (naudzubillah), maka secara tidak langsung dia mengakui bahwa dia adalah Tuhan (naudzubillah). Yakinlah bahwa dengan jawaban ‘la adri’ saya belum tahu tidak akan menurunkan pamor anda sebagai seorang da’i, kiai, ustadz, syaikh. Mari kita contoh para salafussaholih dalam menghadapi suatu persoalan yang dia tidak mengetahui jawabannya dia akan bilang ‘la adri'(saya belum tahu).

Siapakah yang tidak mengetahui salah satu Imam Suni yang bernama Imam Malik ra, beliaulah salah satu Imam Madzab Empat; Imam Malik bin Anas ra itulah nama lengkapnya. Suatu saat beliau di tanya 48 masalah, tetapi beliau cuma bisa menjawab beberapa soal saja, sedangkan sekitar 32 masalah beliau menjawabnya ‘la adri’ (saya belum tahu). Marilah kita renungkan, salah satu Imam Madzab Empat yang kapasitas ilmunya sudah terakui masih bilang ‘saya tidak/belum tahu’, apalah kita dibanding beliau?! Sama sekali tidak bisa dibuat perbandingan. Karena di samping itu, ulama kurun waktu zaman dahulu itu lebih hebat dari ulama kurun waktu zaman sekarang (khirul qorni qorny, tsummalladzina yalunahum, tsummalladzina yalunahum) sebaik-baik kurun adalah kurunku, lalu orang-orang setelahnya, lalu orang-orang setelahnya.

Sufyan bin Uyainah berkata:”Saya pernah hadir salam suatu pengajian salah satu anak Abdullah bin Umar ra, dia ditanya tentang sesuatu. Lalu dia bilang:”La adri(saya belum/tidak tahu). Yahya bin Saiid berkata:”Heran, sungguh heran sekali, engkau bilang tidak tahu padahal engkau adalah anak Imamul Huda (imam pembawa petunjuk)”. Beliau berkata:”Orang yang bicara tanpa ilmu, berkata tanpa dapat dipercaya’ lebih mengherankan menurut Allah swt dari pada aku”.

Imam Ali ra saat berdiri di mimbar pernah ditanya, beliau menjawab:”La adri (saya belum/tidak tahu). Ada jammaah yang bilang:”Tempat ini bukan untuk orang-orang bodoh”. Beliau menjawab:”Ini tempat orang yang mengetahui sesuatu, dan juga belum mengetahui sesuatu yang lain, sedangkan bagi orang yang selalu tahu, dan tidak ada hal yang tidak diketahui olehnya maka tidak ada tempat baginya”.

Imam Abu Yusuf ditanya suatu permasalahan, beliau menjawab:”La adri (saya tidak tahu)”. Ada orang yang berkata:”Engkau makan dari baitul maal setiap hari, malah bilang engkau tidak tahu)”. Lalu beliau menjawab:”Saya makan dari baitul maal seukuran ilmuku, jikalau saya makan seukuran kebodohanku, niscaya seisi dunia semuanya ini tidak akan mencukupiku.”

Seorang laki-laki bertanya kepada Ibnu Umar ra tentang sesuatu, beliau menjawab:”La a’lam(saya tidak tahu)”. Setelah beliau pergi, ada seseorang yang berkata:”Sebaik-baiknya hal adalah apa yang dikatakan Ibnu Umar ketika dia tidak tahu dia bilang: saya tidak tahu”. (Ghoroibul akhbar 122)

Wallahu a’lam bisshowab

Ana tulis saat mencuci baju, 10.13 am. 16 Agustus 2008. 14 Sya’ban 1429 H.

TTS Islami no: 25, 57 soal. 17 Agustus 2008

Across
1. Tajwid: Bacaan tanwin bertemu Sin
4. Electronic Mail
Across
6. Tajwid: Memanjangkan harokat melebihi satu
harokat
7. Bilangan ganjil
11. Suatu kumpulan pertanyaan beserta
jawabannya yang sering diajukan (singkatan
Inggris)
13. Yang mengandung dan melahirkan kita
15. Allah mengangkat derajat orang-orang beriman
dan yang ahli … (Surat Al-Mujadilah)
16. Komputer: Singkatan dari Binary Digit
merupakan satuan terkecil untuk muatan
data/informasi
17. Peng-Esa-an
18. Syirik kecil
20. Arti kata sholat yang datangnya dari malaikat
adalah memintakan…
22. Nahwu: Salah satu huruf Jar
24. Orang ketiga tunggal lk (arab)
27. Orang pertama tunggal (arab)
29. Khiyar dalam jual beli karena adanya sebuah
cacat pada barang yang dijual
31. Annaar (Indonesia)
32. Sastra (arab)
34. Bab Ilmu Fikih yang membahas tentang masa
penantian seorang istri yang ditinggal mati atau
dicerai suaminya
35. Orang ketiga tunggal pr (arab)
37. Pena (Arab)
39. Kain pembungkus mayit
41. Salah satu badan PBB
42. Huruf Hijaiyah
45. Nama bukit (jabal) yang mana Goa Hiro’ ada di
situ
46. Salah satu rukun Islam
48. Suatu sistem komputer yang menghubungkan
komputer satu dengan yang lainnya
49. Puasa (arab)
51. Huruf Hijaiyah
52. Save Our Souls
53. Yang ikut serta dalam perang teluk sekitar
tahun 90-an
54. Nama Nabi: Orang yang petama kali membuat
kapal laut
55. Tempat kelahiran Nabi Muhammad saw
56. Sebutan lain dari Ayat Kalalah dalam Surat
Al-Baqoroh, ayat terpanjang dalam Al-Quran
57. Goa yang dimana Baginda Rosul saw
menerima wahyu pertama

Down
2. Hewan kecil disela-sela rambut
3. Satu (arab)
5. Sisa pembuangan pabrik
8. Tempo 8 tahun
9. Nama Neraka
10. Darinya malaikat dicipta
11. Salah satu protokol internet yang digunakan
untuk mentransfer data kesebuah web server
sehingga data tersebut bisa diakses dari internet
manapun juga
12. Jenis hadits yang datangnya dari Allah, tetapi
redaksionalnya dari Nabi Muhammad saw
14. Komputer: Salah satu format gambar
19. Tajwid: Bacaan Nun sukun bertemu Ba’
20. Sang Kholiq
21. Nama Nabi
23. Nahwu: Salah satu hal yang merusak amalnya
Mubtada dan Khobar
25. Nama kholifah pada masa Daulah Umawiyah
yang mencapai masa keemasan (… bin Abdul Aziz)
26. Daerah terjadinya perang antara kaum
muslimin dan tentara Romawi
28. Orang kedua tunggal pr (arab)
30. Salah satu makanan yang sering dibuat
camilan
33. Hubungan lawan jenis yang diharamkan
36. Salah satu polusi
37. Pena (arab)
38. Khomsah (indonesia)
40. Salah satu golongan yang berhak menerima
zakat
42. Salah satu rumah adat di Indonesia
43. Anggota milisi (orang yang diwajibmiliterkan)
44. …bin Abu Jahal, salah satu sahabat Nabi
Muhammad saw
47. Julukan yang disandang Nabi Muhammad saw
sebagi ‘Orang yang dapat dipercaya’ (tanpa al)
49. Bulan ke tujuh tahun hijriah
50. Perang yang di mana kaum muslimin
mengalami kekalahan
51. Tebakan: Nama buah yang rasanya sama
dengan namanya
53. Negara pusat Syi’ah Imamiyah

Download 84.04 kb

Belajar Bahasa Arab Tanpa Guru

Satu kitab ajiiib (kalau boleh saya bilang begitu). Kitab ini ‘dilahirkan’ di dalam Jamiatul Iman. Kitab yang setebal 143 halaman ini berjudul Tamarin Syamilah alat Tuhfatis Saniah bissyarhil Muqoddimah Alajrumiyyah. Kitab yang bertajuk ‘Silsilah itqonillughoh Arobbiyah biduni mu’allim’ I (Serangkaian Pendalaman Bahasa Arab Tanpa Guru juz 1) ini ditulis oleh salah seorang dosen tetap di Universitas Al-Iman.
Kitab ini berisi soal-soal Nahwu yang berbasis Syarah Kitab Nahwu dasar yang disebut Ajrumiah, atau di Indonesia di sebut Jurumiah. Banyak manfaat yang bisa kita cermati dalam kitab ini. Berbagai bentuk pertanyaan mulai dari Bab Kalam sampai Bab Makhfudhotil Minal Asma’. Setelah saya data bentuk pertanyaan-pertanyaannya, ternyata lebih dari 20 bentuk pertanyaan. Kekayaan akan bentuk pertanyaan inilah yang membuat kaya informasi yang akan diperoleh pelajar.
Segi unik lain yang bisa ditiru oleh para penulis sebuah ‘tutor’ semacam kitab ini adalah cara penyebarannya. Penulis langsung turun tangan dalam ‘membedah’ buku tersebut, serta mengajarkan bagaimana cara mengerjakan soal-soal tersebut. Saat bedah bukunya, ternyata peminatnya lumayan banyak. Bedah buku yang dihadiri sekitar 90 orang dari mahasiswa Yaman dan luar Yaman, termasuk saya sendiri.
Ada segi negatif (kalau boleh saya memakai istilah ini), adalah desain sampul yang kurang ‘menggigit’, perpaduan warna hijau muda yang kekuning-kuningan dengan warna font cokelat. Perpaduan warna kuning dengan hijau muda ini terkesan pucat, sehingga kurang sedap dipandang.
Dan juga dalam segi penjilidannya kurang kuat, setidaknya itulah kitab yang saya beli. Baru dibuka sekali, bagian halaman pertama yang bersebelahan dengan sampul langsung mau copot. Ini pandangan subjektif saya sendiri karena sebagian kitab yang dibeli rekan lumayan kuat.
Untuk masalah harga, tidak mahal dan tidak terlalu murah, yaitu untuk ukuran 143 halaman dengan harga 200 Riyal Yaman (kira-kira Rp. 10000) tidaklah terbilang mahal.
Baik buruk suatu hal tergantung penilaian masing-masing. Tapi segi positif kitab ini lebih banyak dibandingkan segi negatifnya. Pokoknya selamat bagi Syaikh Abdur Rozzaq Ali Ahmad Almilahi, semoga terus bisa berkarya dengan tulisan-tulisan selanjutnya. Kami menunggu silsilah yang selanjutnya. Semoga kami bisa menerima dan menguasainya. Amiin

Bukan zamannya co-past

Seruan untuk meninggalkan copy paste menggema dimana-mana, khususnya di dunia para blogger. Slogan yang diusungpun bermacam-macam. Diantaranya ada yang membuat logo (banner) dengan berinisial CP ditanda silang, dan terdapat kata-kata “Blog juga karya cipta”, ada lagi yang menulis…Copast, tidak la yauuuu!!Copast no wayyy!!Copast, stop it!!Copast, bukan zamannya…Dan masih banyak lagi…
Oleh karena itu, ana berusaha sebisa mungkin untuk membuang jauh-jauh hal yang sifatnya CP (copy paste).
Plagiat memang tidak zamannya, walaupun pada sasarnya tidak ada hasil karya yang 100 persen murni karya sendiri, karena PASTI ada unsur pengembangan dari karya-karya pendahulunya. Atau jika tidak bisa dibilang ‘pengembangan’ pasti karena dia terpengaruh oleh baca-bacaan yang dia konsumsi, atau mendapatkan sebuah pengalaman yang dia olah sehingga menghasilkan sebuah karya.
Yahh, apapun karya yang dihasilkan, apakah itu plagiat atau tidak, hasil kopi paste atau tidak; tapi setidaknya kita menjauhkan diri dari ‘nyuri’ karya orang lain secara mentah-mentah.
Ayoo, monggo kita sama-sama jauhkan diri dari kopi paste. Ehh jangan-jangan hal diatas juga ana kopi paste dari orang lain, pencuri teriak pencuri he3x.